Hari Ibu Pertamaku

Hari ini tanggal 22 Desember 2023 diperingati sebagai Hari Ibu. Biasanya aku mengucapkan hari ibu untuk mamaku, karena aku belum menjadi ibu. Tapi hari ini, merupakan hari ibu pertamaku. MasyaAllah. Hari ibu sepanjang waktu, tidak terbatas di hari ini saja, karena saat anak lahir, lahir pula lah seorang ibu. Menjadi seorang ibu, sama seperti halnya sekolah, ilmu nya luas sekali. Belajar menjadi ibu, terkadang melelahkan. Wajar bu, ibu juga manusia biasa. Hari ini aku ingin mengucapkan selamat hari ibu untuk diriku sendiri. Terimakasih untukku karena terus berjuang untuk diri sendiri, untuk karir, dan juga untuk anak. 


Waktu USG di kehamilan 8 bulan, dr. bilang kalau ada sesuatu di salah satu organ bayiku, yang selama usg tiap bulannya selalu sehat. Seketika duniaku runtuh. Takut sekali, cuma bisa nangis sampai akhirnya ketemu sama dr. fetomaternal. Iya sejauh itu nak ibu harus ke Palembang dengan keadaan perut sudah besar, kaki membengkak, dan susah jalan karena di Lampung belum ada spesialis fetomaternal waktu itu. Selalu ibu bawa dalam doa setiap sholat nak, semoga anakku lahir sehat. Sampai akhirnya tengah malam teng, perut ibu mules, berlanjut sampai subuh. Pagi, ibu di antar nini-akung ke RS. Betapa paniknya ibu, kalau kamu harus lahir hari itu juga tanpa hadirnya bapak karena lagi kerja ke luar kota. Sambil ibu elus perut bilang nanti dulu ya nak tunggu bapak pulang baru adek lahir ya. Kesakitan di RS di temenin mama, panik, takut sakit. Yang ada di pikiranku waktu itu gimana caranya harus melahirkan dengan kondisi ibu dan anak dua-duanya harus selamat, sehat wal afiat. Sambil di pantau bidan di ruang VK, ditenangin MasyaAllah. Siang hari waktu sudah tidak terlalu mules, ibu bilang ke bidan kalau mau pulang aja, tapi bidan bilang disini aja bu, takut kalau kontraksi datang lagi nanti Mba Wievi panik, nggak apa-apa disini aja ya sambil tunggu dr datang. Sorenya konsul dan usg dr, karena sudah cukup bulan (waktu itu sudah 38 weeks dan berat badan adek juga sudah cukup besar), jadilah adek sudah boleh lahir. Dokter kasih waktu dan pilihan, kalau mau melahirkan normal kemungkinan ibu harus diinduksi ya kalau pembukaan nggak maju, semoga lancar. Kalau induksi gagal bagaimana dok? Dokter bilang harus SC. Banyak kasus melahirkan yang (maaf) ibu meninggal, anak meninggal, maka dari itulah melahirkan adalah salah satu proses jihad, karena bener-bener taruhannya nyawa. Maaf nak, karena pain tolerance ibu rendah, ibu tidak mau ambil resiko besar, ibu pilih opsi melahirkan langsung secara SC, karena ini kehamilan kedua ibu dan ibu ingin kita sama-sama selamat dan sehat. Btw, dipasang kateter dan tes alergi antibiotik itu sakit sekali nak! Tapi itulah namanya perjuangan seorang ibu. 

Menggigil sendirian di ruang operasi. Suntik epidural yang sakitnya masih terasa sampai sekarang, demi hadirnya anakku, Masyaallah.

"Ada banyak lapisan yang harus disayat untuk mengeluarkan bayi. 
Dimulai dari kulit, jaringan lemak, jaringan fascia, otot perut, lapisan peritoneum, baru akhirnya menyayat rahim untuk mengeluarkan bayi dan plasentanya."

Lahirlah adek... Rasanya pertama kali ibu denger suara adek nangis, Masyaallah nak menetes air mata ibu. Lalu dokter angkat adek ke wajah ibu. Pertama kali ibu lihat adek. Masyaallah, anak ini loh yang selama 9 bulan aku bawa kemana-mana...

"Setelah itu lapisan-lapisan yang disayat,
dijahit kembali satu per satu sambil memastikan tidak ada pendarahan,
lalu menutupnya kembali.
Proses aslinya tentu tidak sesimple video yang ada di youtube."

Semenjak itu, tiap hari rasanya rawrrrr, kadang pengen berubah jadi singa, pengen teriak, pengen nangis di kamar mandi. Kayanya nggak cukup ya 24 jam sehari. Walaupun sudah nonton parenting ina inu, tetap saja pada praktiknya kadang aku masih suka bengong, kok gini, kok gitu... Belum lagi waktu tidur berkurang, kadang telat makan, mual asam lambung, mandi secepat kilat, harus kerja from 7 AM to 9  PM, mengASIhi anak walau kadang ASI seret, jadi panik, nangis, takut tidak bisa kasih anak ASI, dan sebagainya, haduhhhh bener-bener jadi ibu banyak khawatirnya. Tidak semudah orang lain bilang "udah enjoy aja...", "Anaknya susuin langsung, kasian nanti nggak ada bonding.", "Dulu ga pake dot-dot-an, susuin langsung semua." Heeeeeee... mau nangis rasanya dibilang begitu, belum lagi, "Anaknya gak pernah digendong, selalu digendong neneknya..." Iya-iyaa si paling kuat. Gimana bu ibu alumni SC, sakitnya bekas suntik bius epidural masih kerasa sampai sekarang. 





Selamat hari ibu, dari aku dan untuk aku. 
Terimakasih sudah berjuang untuk diri sendiri dan juga Raffa.
Semangat. Semoga Allah selalu meridhoi setiap langkahku menjadi ibu.

0 comments:

 

wievi's diary Template by Ipietoon Cute Blog Design and Waterpark Gambang